Di sebuah lembah hijau yang dikelilingi oleh pegunungan tinggi, terdapat sebuah desa kecil bernama Desa Harmoni. Desa ini dikenal karena keindahan alamnya yang menakjubkan serta kehidupan warganya yang damai dan penuh kehangatan. Setiap pagi, kabut tipis menyelimuti sawah-sawah yang subur, sementara suara gemericik sungai kecil yang mengalir di tengah desa menjadi irama alami yang menemani hari-hari penduduk.
Desa Harmoni tidaklah seperti desa biasa. Desa ini memiliki sebuah tradisi kuno yang sudah berlangsung selama ratusan tahun, yaitu Festival Cahaya. Setiap tahun, pada malam bulan purnama terbesar, seluruh warga desa berkumpul di lapangan tengah desa untuk merayakan festival ini. Mereka akan membawa lentera-lentera yang terbuat dari bambu dan kertas, lalu menerbangkannya ke langit sebagai simbol harapan dan doa mereka untuk tahun yang akan datang.
Suatu hari, seorang pemuda bernama Arka, yang dikenal cerdas namun pendiam, mendengar cerita dari kakeknya tentang sebuah legenda kuno yang berkaitan dengan Festival Cahaya. Menurut legenda tersebut, jika seseorang menerbangkan lentera pada saat purnama tertinggi dan berhasil menemukan titik di mana cahaya bulan menyentuh bumi, ia akan diberi kemampuan untuk memahami bahasa alam.
Terdorong oleh rasa ingin tahu, Arka memutuskan untuk mencari titik tersebut pada malam Festival Cahaya. Dengan membawa lentera miliknya, ia berjalan menuju hutan di pinggiran desa, tempat di mana kakeknya mengatakan cahaya bulan pernah menyentuh bumi. Setelah berjalan cukup lama, ia tiba di sebuah danau kecil yang dikelilingi oleh pohon-pohon tinggi. Dan benar saja, cahaya bulan yang terang benderang memantul di permukaan danau, menciptakan pemandangan yang begitu magis.
Dengan hati-hati, Arka menaruh lenteranya di tepi danau dan duduk menatap pantulan cahaya bulan. Tiba-tiba, ia mendengar suara gemerisik dari balik pepohonan. Seekor rusa dengan tanduk yang bercahaya muncul dari kegelapan. Arka terdiam, tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Rusa itu mendekat dan berhenti tepat di depannya. Tanpa berkata apa-apa, rusa tersebut menundukkan kepalanya, seolah meminta Arka untuk mengikutinya.
Arka pun mengikuti rusa tersebut, yang membawanya ke sebuah gua kecil di balik air terjun. Di dalam gua itu, Arka menemukan sebuah batu besar yang memancarkan cahaya lembut. Rusa itu lalu menghilang, dan Arka menyadari bahwa inilah titik di mana cahaya bulan menyentuh bumi, seperti yang dikatakan dalam legenda. Ia berlutut di depan batu tersebut dan dalam sekejap, ia merasa seperti bisa mendengar suara alam di sekelilingnya. Suara angin yang berbisik, daun yang berjatuhan, dan gemericik air semuanya seakan berbicara padanya.
Sejak saat itu, Arka menjadi pemuda yang paling dihormati di Desa Harmoni. Dengan kemampuan barunya, ia membantu warga desa untuk memahami alam lebih baik, mulai dari merawat ladang hingga mengetahui kapan hujan akan turun. Desa Harmoni pun semakin makmur, dan tradisi Festival Cahaya tetap hidup, menjadi simbol harapan dan keajaiban yang tak pernah pudar.