Esai  

Nyi Ratu Beringin Terusik Karena Kedatangan Investor

Nyi Ratu Beringin Terusik Karena Kedatangan Investor
Nyi Ratu Beringin Terusik Karena Kedatangan Investor

Di sebuah desa kecil bernama Desa Suka Damai, kehidupan berjalan dengan tenang, seolah tak terpengaruh oleh hiruk-pikuk kota besar yang sibuk dan bising. Desa ini terletak di lembah yang subur, dikelilingi oleh gunung-gunung hijau yang menjulang, serta dihiasi oleh hamparan sawah yang membentang sejauh mata memandang. Sungai jernih yang mengalir di tengah desa membawa kehidupan bagi para penduduk, yang sebagian besar bekerja sebagai petani.

Penduduk Desa Suka Damai hidup dengan penuh harmoni dan kedamaian. Setiap pagi, suara ayam berkokok memecah keheningan fajar, membangunkan para petani untuk memulai aktivitas mereka. Desa ini memiliki tradisi yang kuat, di mana setiap pekerjaan dilakukan dengan gotong-royong. Semua orang saling membantu, entah itu saat musim panen tiba atau ketika ada acara pernikahan di desa. Kebersamaan inilah yang menjadi fondasi kehidupan mereka.

Namun, ada satu hal yang membuat Desa Suka Damai berbeda dari desa-desa lainnya. Di tengah-tengah desa, terdapat sebuah pohon beringin tua yang konon telah berdiri selama ratusan tahun. Pohon ini bukan sembarang pohon. Menurut cerita turun-temurun, pohon beringin tersebut dipercaya sebagai tempat bersemayamnya roh pelindung desa. Orang-orang desa menyebut roh tersebut sebagai “Nyi Ratu Beringin.”

Nyi Ratu Beringin digambarkan sebagai sosok perempuan bijaksana yang menjaga desa dari segala marabahaya. Para tetua desa sering bercerita kepada anak-anak mereka bahwa selama pohon beringin tersebut tetap kokoh berdiri, Desa Suka Damai akan selalu berada dalam keadaan aman. Sebagai bentuk penghormatan, penduduk desa sering mengadakan upacara kecil di bawah pohon beringin tersebut, memberikan sesajen berupa bunga-bungaan dan makanan untuk Nyi Ratu Beringin.

Semua berjalan dengan damai hingga suatu hari, datanglah seorang pengusaha kaya dari kota. Namanya Pak Surya, seorang pria paruh baya dengan ambisi besar. Ia tertarik pada keindahan alam Desa Suka Damai dan melihat peluang besar untuk membangun resor mewah di sana. Pak Surya yakin bahwa dengan membangun resor, ia bisa menarik wisatawan dari seluruh penjuru negeri dan menjadikan desa tersebut tujuan wisata yang terkenal. Ia mulai mendekati kepala desa, Pak Joko, dengan berbagai penawaran menggiurkan. Pak Surya berjanji bahwa pembangunan resor ini akan membawa kemakmuran bagi desa, membuka lapangan kerja baru, dan meningkatkan perekonomian penduduk.

Awalnya, Pak Joko ragu. Ia tahu betapa pentingnya menjaga kelestarian desa dan tradisi yang sudah berjalan selama ratusan tahun. Namun, setelah berkali-kali didesak dan diyakinkan oleh Pak Surya, akhirnya Pak Joko setuju untuk mempertimbangkan usulan tersebut. Namun, ada satu masalah. Tanah yang dipilih oleh Pak Surya untuk membangun resor terletak tepat di sekitar pohon beringin tua. Pak Joko tahu bahwa menebang pohon tersebut bisa menimbulkan kemarahan para penduduk desa, apalagi pohon itu dianggap sakral.

Pak Surya, yang tidak percaya pada takhayul atau mitos desa, tidak peduli dengan cerita tentang Nyi Ratu Beringin. Baginya, pohon tersebut hanyalah seonggok kayu tua yang menghalangi rencana bisnisnya. Ia bersikeras bahwa pohon itu harus ditebang agar pembangunan resor bisa segera dimulai.

Mendengar rencana penebangan pohon beringin, penduduk desa mulai resah. Mereka berkumpul di balai desa, membicarakan nasib desa mereka. Para tetua desa, termasuk Pak Joko, berusaha menenangkan penduduk, tapi mereka sendiri juga kebingungan. Di satu sisi, mereka ingin desa mereka maju dan berkembang, tapi di sisi lain, mereka takut kehilangan perlindungan dari Nyi Ratu Beringin.

Suasana semakin memanas ketika Pak Surya membawa alat-alat berat ke desa untuk memulai penebangan pohon. Penduduk desa berkumpul di sekitar pohon beringin, mencoba menghentikan para pekerja. Namun, Pak Surya yang marah tetap bersikeras. Ia tidak peduli dengan tradisi atau cerita rakyat. Baginya, ini hanyalah urusan bisnis.

Pada malam sebelum penebangan pohon dijadwalkan, terjadi sesuatu yang aneh. Angin tiba-tiba berhembus kencang, meskipun langit cerah dan tidak ada tanda-tanda badai. Suara gemuruh terdengar dari arah pohon beringin, seolah-olah alam sedang marah. Pohon beringin yang biasanya diam dan tenang mulai bergoyang-goyang, dan dari celah-celah dahannya, muncul cahaya redup yang berkilauan.

Para penduduk yang tinggal di sekitar pohon beringin terbangun dari tidur mereka, melihat kejadian ini dengan rasa takut dan kagum. Mereka bergegas menuju rumah kepala desa, Pak Joko, untuk melaporkan apa yang terjadi. Pak Joko yang juga terkejut dengan fenomena tersebut segera mengumpulkan para tetua desa untuk membahas kejadian tersebut.

Keesokan harinya, saat para pekerja Pak Surya datang untuk menebang pohon, mereka menemukan bahwa alat-alat mereka rusak tanpa alasan yang jelas. Beberapa dari mereka mengaku melihat sosok bayangan perempuan di dekat pohon, sementara yang lain merasa ada suara-suara aneh yang membisikkan mereka untuk pergi.

Pak Surya, yang masih tidak percaya pada hal-hal mistis, memutuskan untuk mendatangkan lebih banyak pekerja dan alat berat yang lebih kuat. Namun, semakin ia berusaha, semakin banyak hambatan yang ia temui. Suara-suara misterius, angin kencang, dan kerusakan alat terus terjadi, seolah-olah ada kekuatan tak terlihat yang menghalangi rencananya.

Akhirnya, setelah berminggu-minggu mengalami kegagalan, Pak Surya menyerah. Ia memutuskan untuk meninggalkan desa dan mencari tempat lain untuk membangun resornya. Desa Suka Damai kembali tenang, dan pohon beringin tua tetap berdiri kokoh, seolah-olah tersenyum pada penduduk desa yang setia menjaganya.

Sejak kejadian itu, penduduk desa semakin percaya bahwa Nyi Ratu Beringin memang benar-benar melindungi mereka. Mereka terus merawat pohon tersebut dengan penuh hormat dan melestarikan tradisi yang telah diwariskan oleh leluhur mereka. Kehidupan di Desa Suka Damai pun kembali berjalan dengan damai dan harmonis, seperti sediakala. Dan meskipun desa tersebut tetap sederhana, penduduknya hidup dengan bahagia, merasa aman di bawah naungan pohon beringin yang penuh berkah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *